Wednesday, December 14, 2016

,

Cinta di Salam Tani

“Cinta di Salam Tani”
Oleh : Akhmad Rapiudin

Riakan air sungai langsung menyambut kedatangan kami, sungai itu jernih, langsung menghipnotis siapa saja yang melihatnya, untuk bermanja dan bermain air dengan riangnya, termasuk kami para relawan Gerakan Sumut Mengajar Angkatan Pertama. GSM itulah sebutan akrabnya. Relawan GSM Desa Salam Tani, desa yang rindang di pinggiran Kabupaten Deli Serdang, dengan air sungai jernih yang tak pernah bosan untuk dipandang.




Sekitar waktu Ashar barulah kami tiba di Masjid Desa Salam Tani, yang terletak persis di pinggir sungai desa tersebut, kami langsung disambut oleh pengurus BKM Masjid Baitussalam Desa Salam Tani dan kakek yang menjadi pengurus masjid tersebut, masih asing rasanya memang, namun tak selang berapa lama suasana akrab langsung bisa kami bangun dengan baik.

“Lima Serangkai” itulah sebutan kelompok kami yang mengabdi selama beberapa minggu kedepan sebagai relawan pengajar muda angkatan pertama Gerakan Sumut Mengajar Desa Salam Tani, ada aku “Raffi” yang ditugaskan sebagai ketua kelompok, mungkin karena aku yang paling tua atau dituakan disini, dan adik-adik hebat “Fachri” “Siti” Delvi” dan “Rizka” yaaah walaupun kami berasal dari latar belakang kampus dan program studi yang berbeda, namun entah kenapa langsung terasa akrab seperti saudara sendiri. Aku dan Fachri tinggal di perpustakaan masjid selama masa pengabdian, sedangkan gadis-gadis cantik dan super pintar dan bawel Siti, Delvi, dan Rizka, tinggal di salah satu rumah pengurus masjid yang letaknya tidak terlalu jauh dari masjid tersebut.

Warga disini begitu ramah, bahkan kebutuhan logistik kami selama pengabdian di tangung seluruhnya secara bergotong-royong oleh warga masyarakat desa Salam Tani, dari mulai makan sampai dengan tempat tinggal. Kegiatan malam pertama pengabdian kami diawali dengan musyawarah dan silaturahim warga masyarakat desa Salam Tani untuk memperkenalkan GSM, yang langsung dijelaskan langsung oleh Pilot Project GSM Abangda Faizur Rahman. Masyarakat begitu menyambut baik kegiatan ini, dan berharap kegiatan dini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan.

Ada 3 tempat lokasi pengabdian bagi relawan GSM di Desa Salam Tani, yaitu  Taman Kanak-Kanak Imbadini, SDN 106819 Desa Salam Tani dan sekolah Masjid Baitussalam Perumahan Pesanggrahan Salam Tani. Setiap pagi kegiatan kami diawali dengan menjadi pengajar di Taman Kanak-Kanak, sudah terbayang bagaimana tingkah lucu anak-anak yang selalu menjadi hal yang tak pernah terlewatkan untuk membuat semua relawan tersenyum.

Pak Raffi, Pak Raffi ganteng, ayo main, ayo main” sambil menarik-narik lengan, begitulah setiap kali ketika saya datang, dan sudah pasti kami semua tertawa dalam setiap permainan yang dilakukan, masih terbayang wajah-wajah lucu mereka dan senyum ramah para ibu guru di TK Imbadini tersebut.

Kegiatan pagi kami lanjukan dengan menjadi pengajar di SDN 106819 Desa Salam Tani, kadang kami berbagi tugas bergantian untuk menjadi pengajar di TK dan SD yang ada di Salam Tani, yang mana letak sekolah tersebut sedikit jauh dari desa Salam Tani, yang pastinya kita tempuh dengan berjalan kaki dengan melewati ladang milik warga, yang tanpa segan justru warga desa yang lebih sering menyapa  kami duluan. Sungguh suasana desa yang menyenangkan. Selain mengajar di kelas, kegiatan mengajar di SDN 106819 Desa Salam Tani dilanjutkan dengan menjadi pengajar kegiatan ektrakulikuler  “Menari Tradisional” yang dibuat langsung oleh relawan GSM dan saya sendiri yang menjadi penanggungjawabnya, dengan ilmu seadanya mengenai gerakan tari tradisional. Tapi justru semangat anak-anak yang juga menjadi semangat saya untuk menanamkan nilai cinta mereka kepada budaya hebat milik kita sendiri.

Semangat anak-anak untuk belajar menari, dan di sela-sela nakal dan usilnya anak-anak justru menjadi hal yang begitu dirindukan, dan menjadi “Abang Favorit” disana sungguh menjadi salah satu hal yang paling membahagiakan dalam hidup. Namun, yang menjadi kegiatan favorit saya disini ialah “Labosani (Laskar Bocah Salam Tani)” kegiatan harian kami yang kami lakukan setelah sholat Ashar di Masjid Baitussalam desa Salam Tani untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama dan umum bagi anak-anak Desa Salam Tani, bukan hanya ilmu agama seperti praktek sholat, bahasa Arab, cara mebaca Al-Qur’an dan sebagainya, kami juga megajarkan ilmu umum, seperti bahasa Inggris, Matematika, bahkan ilmu alam yang kami ajarkan langsung kepada anak-anak dengan mengelilingi desa sekitar, dan mengenali segala macam jenis tumbuhan yang ada beserta fungsinya, diiringi dengan nyanyian ceria dan games yang menyenangkan dari para relawan yang membuat susasan belajar menjadi lebih riang dan menggembirakan.

Salah satu hal yang paling membahagiakan ialah mandi dan bermain air di sungai Desa Salam Tani yang letaknya persis di samping Masjid, tak jarang relawan lainpun mengunjungi kami hanya untuk bermain dan menimati suasana di aliran sungai yang jernih ini. Gelak awa kami beradu dengan riakan aliran air sungai kala itu.

Kegiatan pengabdian di desa Salam Tani ditutup dengan kegiatan perlombaan di masing-masing tempat kami mengabdi, lomba mewarnai di TK Imbadini Salam Tani, lomba Rangking 1 di SDN Sala Tani, dan lomba praktek sholat bagi anak-anak Labosani di Masjid Baitussalam. Begitu antusias mereka dalam mengikuti setiap perlombaan. Memang ada cinta disini, walaupun waktu pengabdian kami akan berakhir, namun tekad untuk mengabdi tak akan pernah mau berhenti sampai disini. Banyak anak-anak yang menuliskan surat untuk saya yang berisikan sedihnya mereka untuk berpisah dengan saya.
Bang Raffi, jangan pulang ya, disini aja, ajarin kami nari terus
Jangan lupain kami yaa Bang Raffi, semoga kalau gede nanti bisa kayak Bang Raffi
Subhanallah, bahagia sekali rasanya bisa menjadi insan yang bermanfaat. Teriring selalu doa agar saya dan merek mampu mewujudkan mimpi masing-masing. Waktu terus berjalan dan akhirnya selesailah masa pengabdian kami selama beberapa minggu di Desa Salam Tani, kegiatan GSM ditutup dengan meriah di Desa Hulu yang juga merupakan salah satu lokasi pengabdian relawan GSM, saya dipecayakan sebagai pembawa acara pada saat itu. Dan bangga dan bahagia sekali rasanya melihat adik-adik di Desa Salam Tani menampilkan tari tradisional yang saya ajarkan kala itu dengan begitu apik dan menarik, melihat mereka menerima piala karena memenangkan lomba, dan melihat mereka tersenyum riang karena ada kami di hati mereka. Sampai tibalah waktu mengumumkan siapakah relawan terbaik dari Gerakan Sumut Mengajar Angkatan 1 :
            “Dan relawan terbaik Gerakan Sumut Mengajar Angkatan Pertama adalah...................................” Suara semangat Bang Faizur sebagai Pilot Project yang mengumumkan kala itu.
            “Dan relawan terbaik Gerakan Sumut Mengajar Angkatan Pertama adalah Akhmad Rapiudin dari Desa Salam Tani” Suara lantang Bang Faizur mengumumkan.

            Sontak suara riuh hadirin kala itu membuat saya merinding. Saya berdiri dan menerima hadiah dan sertifikat sebagai relawan terbaik diiringi dengan tepukan tangan meriah dari para hadirin yang hadir kala itu. Alhamdulillah luar biasa sekali rasanya bagi saya. Namun, saya yakin semua relawan GSM ialah yang terbaik, tidak semua orang mau untuk mengabdikan diri dan mau merasa apa yang dirasakan masyarakat secara langsung untuk memperjuangan pendidikan bagi anak-anak mereka yang semuanya memiliki mimpi yang sangat luar biasa, senyum mereka adalah kebanggaan kita di masa depan, dan membuat kita tersadar betapa beruntungnya kita saat ini.



Foto bersama anak-anak SDN 10689 Salam Tani

 Jika ada cinta di hati, maka tak ada halangan untuk mengabdi. Salam Tani mengajarkan bahwa bangsa ini memiliki banyak generasi mungil saat ini, namun bermimpi besar di masa depan nanti. Begitupun saya, saya jatuh cinta disini, jatuh cinta dengan senyum ramah masyarakat, jatuh cinta degan kearifan lokal setempat, jatuh cinta dengan jernihnya aliran sungai yang menyegarkan kami setiap sorenya, dan jatuh cinta pada orang-orang yang dengan sepenuh hati untuk mengabdikan diri membangun mimpi-mimpi baru dari generasi negeri yang harus sama-sama kita jaga agar terwujud di suatu hari nanti, serta jatuh cinta pada anak-anak yang memiliki mimpi besar agar mereka mampu menjadi kebanggan keluarga dan bangsa ini.
Ingatlah, kita berbagi bukan karena kita belebih, tapi kita berbagi karena kita tahu bagaimana sedihnya tak mampu memiliki. Mari mendidik, karena mendidik adalah tugas para terdidik.




0 comments:

Post a Comment