Wednesday, December 14, 2016

,

Pendidikan Karakter Sebagai Wadah Dalam Membangun Agent Of Change Menyongsong Pendidikan Emas Tahun 2030


Pendidikan Karakter Sebagai Wadah Dalam Membangun Agent Of Change Menyongsong Pendidikan Emas Tahun 2030
Oleh : Nur Aima 







Pemuda adalah bagian dari masyarakat secara umum dan relatif memiliki usia muda sehingga diharapkan lebih memiliki potensi etos kerja dan kreatifitas yang lebih dibandingkan masyarakat yang sudah menginjak usia tua. Siapapun dapat menjadi inspirasi karena inspirasi tidak diberikan oleh satu kalangan. Menjadi inspirasi sebenarnya bukan hal yang sulit selama kita mengerjakan tanggung jawab kita dengan baik dan memberikan manfaat bagi diri kita sendiri. Terlebih lagi apabila memberikan manfaat bagi orang lain. Pada dasarnya generasi muda adalah agent of change. Jadi sudah sepantasnya generasi muda berbuat sesuatu untuk menjadikan dirinya dan lingkungan sekitarnya menjadi lebih baik. Apalagi generasi muda adalah manusia-manusia yang produktif, yang bisa berkarya dengan maksimal. Dengan banyaknya generasi muda di Indonesia saat ini, seharusnya kita tidak heran bahwa anak muda itu bisa berbuat sesuatu yang menginsipirasi bagi orang banyak. Baik melalui karya, inovasi, atau usahanya. Oleh karena itu, saya Pemuda Indonesia merasa bertanggung jawab untuk melakukan perubahan di Indonesia ini dengan mengajak anak muda di kota Medan ini untuk berkolaborasi melakukan inovasi baru. Saya bersama teman-teman menyatukan ide membuat PEDULI atau disingkat menjadi Perawat Peduli Indonesia, untuk melatih kepemimpinan anak muda dan mengasasah skill mereka. PEDULI adalah sebuah komunitas kesehatan sosial yang beranggotakan dari seluruh pemuda pemudi kota Medan yang memiliki semangat nasionalisme tinggi untuk menciptakan sebuah perubahan bagi kesehatan dan lingkungan masyarakat sekitar. Pemuda-pemudi yang tergabung dalam PEDULI memiliki umur 18-29 tahun. PEDULI berdiri pada tanggal 01 Januari2015. Lahirnya PEDULI diawali dengan sebuah gerakan kepemudaan di bidang kesehatan dan pendidikan informal anak-anak. Diharapkan anak muda ini bisa memberikan perubahan di setiap lingkungan dan menjalankan setiap projek social yang ia miliki sehingga tercapainya target PEDULI untuk melakukan perubahan di setiap lingkungan. Ada pun aksi nyata yang sudah kami lakukan untuk melakukan perubahan adalah :
     
  1. Melakukan visit atau tindakan mandiri kepada pasien-pasien rawat jalan di sekitar rumah sakit H. Adam Malik
  2. Melakukan penyuluhan kesehatan di sekolah-sekolah dan panti asuhan yang kurang perhatian dari pemerintah.
  3. Melakukan donasi buku diberbagai sekolah yang kurang mendapatkan perhatian
  4. dari pemerintah  dan donasi ke bencana alam
  5. Memberikan pelatihan-pelatihan kepemimpinan terhadap anak muda Indonesia.

Diharapkan generasi berikutnya dapat lebih mengembangkan dan siap berkolaborasi mewujudkan Indonesia yang sejahtera.
Continue reading Pendidikan Karakter Sebagai Wadah Dalam Membangun Agent Of Change Menyongsong Pendidikan Emas Tahun 2030
,

 URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER
UNTUK MENCETAK GENERASI UNGGUL

Oleh : Hera Yunita Siregar


Indonesia diperkirakan mendapat bonus demografi pada tahun 2020 sampai tahun 2030. Bonus demografi sendiri didefinisikan sebagai keuntungan yang didapatkan suatu negara karena jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) jumlahnya jauh melebihi jumlah penduduk usia anak-anak (kurang dari 15 tahun) dan jumlah penduduk usia tua (65 tahun keatas). Diperkirakan jumlah penduduk usia produktif pada rentan tahun 2020 sampai 2030 adalah sekitar 180 juta jiwa, dimana jumlah ini mencangkup sekitar 70% dari total penduduk Indonesia. (Badan Pusat Statistik). Dengan kekayaan sumberdaya alam yang dimiliki dan bonus demografi yang ada, maka bukan tak mungkin Indonesia menjadi salah satu poros utama kekuatan dunia di masa yang akan datang. Kualitas SDM sendiri berkorelasi dengan kualitas pendidikan, dalam artian karakter Generasi Emas 2030 ditentukan oleh kualitas pendidikan yang diterima peserta didiknya.

 Karakter menjadi bagian penting dalam proses kegiatan pendidikan. Karakter seseorang dapat dirubah atau dibentuk melalui kegiatan pendidikan. Pendidikan yang baik akan menyebabkan karakter seseorang menjadi baik, dan pendidikan yang buruk akan menyebabkan karakter seseorang menjadi buruk. Pendidikan karakter secara harfiah dapat diartikan merubah atau membentuk watak, perilaku, perangai, tabi’at, dan kepribadian seseorang sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Sedangkan secara esensial pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratnya menuju ke arah peradaban  manusia yang lebih baik.

Pendidikan karakter bangsa sebagaimana digambarkan tersebut di atas dewasa ini dalam keadaan mengkhawatirkan. Hal ini antara lain dapat ditujukkan dengan meningkatnya praktek pelanggaran hukum, seperti penyalahgunaan narkoba, melakukan hubungan seks di luar nikah, praktek korupsi, kolusi dan nepotisme, tawuran antar pelajaran, konflik sosial, premanisme,  tindakan kekeran, pembunuhan dan lain sebagainya. Keadaan yang demikian menyebabkan kehidupan manusia semakin tidak nyaman, menimbulkan rasa cemas dan ketakutan, dan semakin mengkhawatirkan tentang masa depan bangsa.

Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya krisis pendidikan karakter yang berdampak pada melemahnya kekuatan Indonesia sebabagi negara dibandingkan bangsa-bangsa lain di dunia. Pertama, dunia pendidikan telah melupakan tujuan utamanya, yaitu mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara simultan dan seimbang. Dunia pendidikan kita telah memberikan porsi yang sangat besar untuk pengetahuan, tetapi melupakan pengembangan sikap/nilai dan perilaku dalam pembelajarannya. Dunia pendidikan kita sangat meremehkan mata pelajaran yang berkaitan dengan pembentukan karakter. Di lain pihak, tidak dipungkiri, bahwa pelajaran-pelajaran yang mengembangkan karakter bangsa seperti Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Pendidikan Agama, Ilmu Pengetahuan Sosial dalam pelaksanaan pembelajarannya lebih banyak menekankan pada aspek kognitif daripada aspek afektif dan psikomotorik. Di samping itu, penilaian dalam mata-mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan belum secara total mengukur sosok utuh untuk pribadi siswa.

                 Kedua, dunia pendidikan di Indonesia saat ini terjebak pada menyiapkan manusia dadakan atau manusia “instant”. Disadari atau tidak, kita pada saat ini telah digiring untuk membentuk anak kita menjadi manusia-manusia instant yang sekali pakai, dan tidak bertahan lama. Hal ini semakin terasa ketika menjelang ujian akhir sekolah atau ujian nasional. Pada saat itu banyak orang tua yang dengan gencarnya mencari lembaga bimbingan belajar untuk men-drill dan “memaksakan” anak-anaknya agar bisa menguasai bidang studi yang diujikan, dalam waktu yang relatif singkat.  Keadaan ini dilakukan semata-mata untuk mengejar nilai tertinggi untuk bidang ilmu pengetahuan, sains, teknologi dan bahasa Inggris. Betapa banyak orang tua yang seolah-olah mengecilkan arti pendidikan yang telah dikenyam oleh anaknya selama ini, apabila pada akhir masa sekola nilai ujian anaknya jelek. Sementara itu, perilaku-perilaku yang baik seperti taat pada orang tua dan guru, rajin shalat, tidak suka berbohong, berani memimpin, dan perilaku baik lainnya, jarang disentuh orang tua sebagai kriteria keberhasilan suatu pendidikan.


                 Berbagai keterpurukan bangsa Indonesia sebagaimana tersebut di atas, menunjukkan keterpurukan dalam bidang karakter. Oleh karena itu, merupakan langkah yang positif ketika pemerintah (Mendikbud) merevitalisasi pendidikan karakter dalam seluruh jenis dan jenjang pendidikan. Melalui pendidikan karakter, kita berharap bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat, dan masyarakatnya memiliki nilai tambah (added value), dan nilai jual yang bisa ditawarkan kepada orang lain dan bangsa lain di dunia, sehingga kita bisa bersaing, bersanding, bahwa bertanding dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan global.
Continue reading
,

“URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEMBENTUK AGENT OF CHANGE DALAM MENYAMBUT PENDIDIKAN EMAS TAHUN 2030”

“URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEMBENTUK AGENT OF
CHANGE DALAM MENYAMBUT PENDIDIKAN EMAS TAHUN 2030”

Oleh : Syarifah Wahidah
UIN SU




Kondisi masyarakat saat ini telah jauh bergeser dari nilai-nilai agama dan budaya bangsa. Berbagai bentuk penyimpangan sosial hampir setiap hari terdengar dan terlihat lewat berbagai media cetak dan elektronik. Dari penyalanggunaan minuman keras, penyalanggunaan narkoba, perkelahian antar pelajar dan mahasiswa, perilaku seks di luar nikah dan berbagai bentuk kejahatan/kriminalitas (dalam bentuk pembunuhan, penjambretan, perampokan, korupsi, dan lain-lain). Hal ini menunjukkan bahwa negara dan bangsa Indonesia sudah mengalami krisis besar dan multidimensional. Kondisi ini tidak hanya berbahaya, namun juga merupakan ancaman nyata bagi kehidupan sosial dan budaya masyarakat.

Jika dilacak lebih jauh, krisis dalam watak dan karakter bangsa itu terkait banyak dengan semakin tiadanya harmoni dalam keluarga. Banyak keluarga mengalami disorientasi bukan hanya karena menghadapi krisis ekonomi, tetapi juga karena serbuan globalisasi nilai-nilai dan gaya hidup yang tidak selalu kompatibel dengan nilai-nilai dan norma-norma agama, sosial- budaya nasional dan lokal Indonesia. Sebagai contoh saja, gaya hidup hedonistik dan materialistik; dan permissif sebagaimana banyak ditayangkan dalam telenovela dan sinetron pada berbagai saluran TV Indonesia, hanya mempercepat disorientasi dan dislokasi keluarga dan rumah tangga.

Akibatnya, tidak heran kalau banyak anak-anak yang keluar dari keluarga dan rumah tangga hampir tidak memiliki watak dan karakter. Banyak di antara anak-anak yang alim dan bajik di rumah, tetapi nakal di sekolah, terlibat dalam tawuran, penggunaan obat-obat terlarang, dan bentuk-bentuk tindakan kriminal lainnya, seperti perampokan bis kota dan sebagainya. Inilah anak-anak yang bukan hanya tidak memiliki kebajikan (righteousness) dan inner beauty dalam karakternya, tetapi malah mengalami kepribadian terbelah (split personality).

Berbagai fenomena di atas menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran nilai etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Masyarakat yang seharusnya mengamalkan nilai-nilai agama, budaya dan falsafah bangsa, kini telah bergeser menjadi masyarakat yang menjauh dari nilai-nilai agama, budaya dan falsafah bangsa, malah lebih cinta kepada budaya asing. Dampak dari semua itu adalah hilangnya nilai-nilai karakter yang melekat pada bangsa kita sebelumnya, seperti rasa malu, kejujuran, kebersamaan, persatuan dan kesatuan, tanggung jawab, nasionalisme, kepedulian sosial dan lainnya. Situasi ini seperti situasi yang ”anomie, yaitu memudarnya nilai-nilai yang berlaku dan tidak adanya norma-norma atau nilai-nilai bersama”

Dewasa ini, makin disadari pentingnya pendidikan karakter bangsa dalam upaya pengembangan sumber daya manusia suatu bangsa. Berbagai kajian dan fakta menunjukkan bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki karakter kuat. Karakter yang kuat ini pastinya harus mulai ditanam dan dibudayakan sedini mungkin. Pertanyaannya siapa yang akan menanam dan membudayakan pendidikan karakter ini kepada pelaku pendidikan emas tahun 2030 nanti? Pastinya pondasi pertama yang paling kuat dan garda terdepan untuk ini adalah pendidik-pendidik yang hari ini menjadi contoh teladan dalam menanamkan karakter, pendidik yang baik adalah pendidik yang mulai menanamkan karakter pada dirinya sendiri, karena pada hakikatnya apapun yang dimulai dari diri sendiri akan lebih bermakna, memulai dari diri sendiri bukan hanya sebatas ucapan semata namun juga aksi nyata yang dilakukannya. Saat seorang guru bisa menjadi contoh teladan kepada peserta didiknya maka disitulah keberhasilan seorang pendidik dapat dilihat nyata.

Jika pendidikan karakter ini tidak dimulai dari pendidik sendiri dan tidak dimulai dari sekarang ini, maka kemungkinan yang terjadi adalah cita-cita besar bangsa dalam mewujudkan pendidikan emas di tahun 2030 akan terkendala, dan bahkan mungkin tidak akan tercapai.
Continue reading “URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEMBENTUK AGENT OF CHANGE DALAM MENYAMBUT PENDIDIKAN EMAS TAHUN 2030”
,

Cinta di Salam Tani

“Cinta di Salam Tani”
Oleh : Akhmad Rapiudin

Riakan air sungai langsung menyambut kedatangan kami, sungai itu jernih, langsung menghipnotis siapa saja yang melihatnya, untuk bermanja dan bermain air dengan riangnya, termasuk kami para relawan Gerakan Sumut Mengajar Angkatan Pertama. GSM itulah sebutan akrabnya. Relawan GSM Desa Salam Tani, desa yang rindang di pinggiran Kabupaten Deli Serdang, dengan air sungai jernih yang tak pernah bosan untuk dipandang.




Sekitar waktu Ashar barulah kami tiba di Masjid Desa Salam Tani, yang terletak persis di pinggir sungai desa tersebut, kami langsung disambut oleh pengurus BKM Masjid Baitussalam Desa Salam Tani dan kakek yang menjadi pengurus masjid tersebut, masih asing rasanya memang, namun tak selang berapa lama suasana akrab langsung bisa kami bangun dengan baik.

“Lima Serangkai” itulah sebutan kelompok kami yang mengabdi selama beberapa minggu kedepan sebagai relawan pengajar muda angkatan pertama Gerakan Sumut Mengajar Desa Salam Tani, ada aku “Raffi” yang ditugaskan sebagai ketua kelompok, mungkin karena aku yang paling tua atau dituakan disini, dan adik-adik hebat “Fachri” “Siti” Delvi” dan “Rizka” yaaah walaupun kami berasal dari latar belakang kampus dan program studi yang berbeda, namun entah kenapa langsung terasa akrab seperti saudara sendiri. Aku dan Fachri tinggal di perpustakaan masjid selama masa pengabdian, sedangkan gadis-gadis cantik dan super pintar dan bawel Siti, Delvi, dan Rizka, tinggal di salah satu rumah pengurus masjid yang letaknya tidak terlalu jauh dari masjid tersebut.

Warga disini begitu ramah, bahkan kebutuhan logistik kami selama pengabdian di tangung seluruhnya secara bergotong-royong oleh warga masyarakat desa Salam Tani, dari mulai makan sampai dengan tempat tinggal. Kegiatan malam pertama pengabdian kami diawali dengan musyawarah dan silaturahim warga masyarakat desa Salam Tani untuk memperkenalkan GSM, yang langsung dijelaskan langsung oleh Pilot Project GSM Abangda Faizur Rahman. Masyarakat begitu menyambut baik kegiatan ini, dan berharap kegiatan dini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan.

Ada 3 tempat lokasi pengabdian bagi relawan GSM di Desa Salam Tani, yaitu  Taman Kanak-Kanak Imbadini, SDN 106819 Desa Salam Tani dan sekolah Masjid Baitussalam Perumahan Pesanggrahan Salam Tani. Setiap pagi kegiatan kami diawali dengan menjadi pengajar di Taman Kanak-Kanak, sudah terbayang bagaimana tingkah lucu anak-anak yang selalu menjadi hal yang tak pernah terlewatkan untuk membuat semua relawan tersenyum.

Pak Raffi, Pak Raffi ganteng, ayo main, ayo main” sambil menarik-narik lengan, begitulah setiap kali ketika saya datang, dan sudah pasti kami semua tertawa dalam setiap permainan yang dilakukan, masih terbayang wajah-wajah lucu mereka dan senyum ramah para ibu guru di TK Imbadini tersebut.

Kegiatan pagi kami lanjukan dengan menjadi pengajar di SDN 106819 Desa Salam Tani, kadang kami berbagi tugas bergantian untuk menjadi pengajar di TK dan SD yang ada di Salam Tani, yang mana letak sekolah tersebut sedikit jauh dari desa Salam Tani, yang pastinya kita tempuh dengan berjalan kaki dengan melewati ladang milik warga, yang tanpa segan justru warga desa yang lebih sering menyapa  kami duluan. Sungguh suasana desa yang menyenangkan. Selain mengajar di kelas, kegiatan mengajar di SDN 106819 Desa Salam Tani dilanjutkan dengan menjadi pengajar kegiatan ektrakulikuler  “Menari Tradisional” yang dibuat langsung oleh relawan GSM dan saya sendiri yang menjadi penanggungjawabnya, dengan ilmu seadanya mengenai gerakan tari tradisional. Tapi justru semangat anak-anak yang juga menjadi semangat saya untuk menanamkan nilai cinta mereka kepada budaya hebat milik kita sendiri.

Semangat anak-anak untuk belajar menari, dan di sela-sela nakal dan usilnya anak-anak justru menjadi hal yang begitu dirindukan, dan menjadi “Abang Favorit” disana sungguh menjadi salah satu hal yang paling membahagiakan dalam hidup. Namun, yang menjadi kegiatan favorit saya disini ialah “Labosani (Laskar Bocah Salam Tani)” kegiatan harian kami yang kami lakukan setelah sholat Ashar di Masjid Baitussalam desa Salam Tani untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama dan umum bagi anak-anak Desa Salam Tani, bukan hanya ilmu agama seperti praktek sholat, bahasa Arab, cara mebaca Al-Qur’an dan sebagainya, kami juga megajarkan ilmu umum, seperti bahasa Inggris, Matematika, bahkan ilmu alam yang kami ajarkan langsung kepada anak-anak dengan mengelilingi desa sekitar, dan mengenali segala macam jenis tumbuhan yang ada beserta fungsinya, diiringi dengan nyanyian ceria dan games yang menyenangkan dari para relawan yang membuat susasan belajar menjadi lebih riang dan menggembirakan.

Salah satu hal yang paling membahagiakan ialah mandi dan bermain air di sungai Desa Salam Tani yang letaknya persis di samping Masjid, tak jarang relawan lainpun mengunjungi kami hanya untuk bermain dan menimati suasana di aliran sungai yang jernih ini. Gelak awa kami beradu dengan riakan aliran air sungai kala itu.

Kegiatan pengabdian di desa Salam Tani ditutup dengan kegiatan perlombaan di masing-masing tempat kami mengabdi, lomba mewarnai di TK Imbadini Salam Tani, lomba Rangking 1 di SDN Sala Tani, dan lomba praktek sholat bagi anak-anak Labosani di Masjid Baitussalam. Begitu antusias mereka dalam mengikuti setiap perlombaan. Memang ada cinta disini, walaupun waktu pengabdian kami akan berakhir, namun tekad untuk mengabdi tak akan pernah mau berhenti sampai disini. Banyak anak-anak yang menuliskan surat untuk saya yang berisikan sedihnya mereka untuk berpisah dengan saya.
Bang Raffi, jangan pulang ya, disini aja, ajarin kami nari terus
Jangan lupain kami yaa Bang Raffi, semoga kalau gede nanti bisa kayak Bang Raffi
Subhanallah, bahagia sekali rasanya bisa menjadi insan yang bermanfaat. Teriring selalu doa agar saya dan merek mampu mewujudkan mimpi masing-masing. Waktu terus berjalan dan akhirnya selesailah masa pengabdian kami selama beberapa minggu di Desa Salam Tani, kegiatan GSM ditutup dengan meriah di Desa Hulu yang juga merupakan salah satu lokasi pengabdian relawan GSM, saya dipecayakan sebagai pembawa acara pada saat itu. Dan bangga dan bahagia sekali rasanya melihat adik-adik di Desa Salam Tani menampilkan tari tradisional yang saya ajarkan kala itu dengan begitu apik dan menarik, melihat mereka menerima piala karena memenangkan lomba, dan melihat mereka tersenyum riang karena ada kami di hati mereka. Sampai tibalah waktu mengumumkan siapakah relawan terbaik dari Gerakan Sumut Mengajar Angkatan 1 :
            “Dan relawan terbaik Gerakan Sumut Mengajar Angkatan Pertama adalah...................................” Suara semangat Bang Faizur sebagai Pilot Project yang mengumumkan kala itu.
            “Dan relawan terbaik Gerakan Sumut Mengajar Angkatan Pertama adalah Akhmad Rapiudin dari Desa Salam Tani” Suara lantang Bang Faizur mengumumkan.

            Sontak suara riuh hadirin kala itu membuat saya merinding. Saya berdiri dan menerima hadiah dan sertifikat sebagai relawan terbaik diiringi dengan tepukan tangan meriah dari para hadirin yang hadir kala itu. Alhamdulillah luar biasa sekali rasanya bagi saya. Namun, saya yakin semua relawan GSM ialah yang terbaik, tidak semua orang mau untuk mengabdikan diri dan mau merasa apa yang dirasakan masyarakat secara langsung untuk memperjuangan pendidikan bagi anak-anak mereka yang semuanya memiliki mimpi yang sangat luar biasa, senyum mereka adalah kebanggaan kita di masa depan, dan membuat kita tersadar betapa beruntungnya kita saat ini.



Foto bersama anak-anak SDN 10689 Salam Tani

 Jika ada cinta di hati, maka tak ada halangan untuk mengabdi. Salam Tani mengajarkan bahwa bangsa ini memiliki banyak generasi mungil saat ini, namun bermimpi besar di masa depan nanti. Begitupun saya, saya jatuh cinta disini, jatuh cinta dengan senyum ramah masyarakat, jatuh cinta degan kearifan lokal setempat, jatuh cinta dengan jernihnya aliran sungai yang menyegarkan kami setiap sorenya, dan jatuh cinta pada orang-orang yang dengan sepenuh hati untuk mengabdikan diri membangun mimpi-mimpi baru dari generasi negeri yang harus sama-sama kita jaga agar terwujud di suatu hari nanti, serta jatuh cinta pada anak-anak yang memiliki mimpi besar agar mereka mampu menjadi kebanggan keluarga dan bangsa ini.
Ingatlah, kita berbagi bukan karena kita belebih, tapi kita berbagi karena kita tahu bagaimana sedihnya tak mampu memiliki. Mari mendidik, karena mendidik adalah tugas para terdidik.




Continue reading Cinta di Salam Tani

Saturday, December 10, 2016

,

Desa Lausimomo Karo

Konbanwa mina san
Nah kali ini mimin akan mengesahre pengalaman pengabdian salah satu relawan GSM batch 2 selama 2 .Beliau sering disapa dengan Adi yang sedang kuliah di USU.
  Adi sebagai pengurus dibagian Publikasi dan Dokumentasi.  Yap langsung saja ya guys




First Time
Saat itu tepatnya. Rabu 8 Juni 2016 kami pergi ke desa Lau Simomo, Tanah Karo dengan menumpang mobil Kak Faiz yang sekaligus beliau yang memperkenalkan kami dengan orang tua asuh kami disana. Sepanjang perjalanan tampak keindahan deretan bukit hijau yang seolah-olah menyapa kami sepanjang perjalanan. Tak mau kalah gunung Sinabung turut menyapa kami dengan keindahannya yang khas. Tampak dari kejauhan, warnanya coklat dengan asap yang keluar dari ujungnya.


Sesampainya di desa Lau Simomo, kami berkenalan dengan orang tua asuh. Sambutan mereka sangat ramah terhadap kami. Kami berkenalan dan berbicara mengenai kami untuk perkenalan. Mereka juga berbicara tentang desa Lau Simomo,mengenai sejarah desa hingga karakter umum penduduknya. Perkenalan yang cukup manis. Dengan waktu yang cukup panjang dan diskusi ringan, akhirnya diputuskan kelompok kami dipecah menjadi dua untuk tempat tinggal yaitu di rumah biring dan dirumah mami. Rumah mereka bersebelahan dan posisinya juga cukup dekat dengan SD yang menjadi target kami mengajar. Kamis 9 Juni 2016, adalah hari pertama kami sosialisasi ke SD. Setelah audiensi dengan kepala sekolah dan para guru. Untuk hari pertama hingga hari sabtu saya dan teman-teman lainnya cukup mengajar disore hari dirumah mami yang adalah orang tua asuh kami. Kami belum dijinkan mengajar pagi karena karena kebetulan minggu itu adalah minggu ujian akhir semester. Kami dijinkan mengajar pagi hari seninnya.


Belajar sore adalah belajar di sore hari setelah sekolah. Saat itu adik-adik tersebut bisa belajar sekaligus bermain. Saya bisa membantu adik-adik yang kesulitan dengan materi-materi sekolah yang belum dikuasai mereka. Saya mengajari mereka dengan sabar dan rendah hati. Saya tahu yang saya hadapi adalah anak-anak. Rasa ingin tahu mereka sangat tinggi dan terkadang sangat rewel. Ada juga beberapa anak yang penurut. Itu bisa dimaklumi karena karakter setiap orang pasti berbeda.

Saat adik-adik tersebut merasa bosan, kami akan berkoordinasi dengan teman-teman relawan lainnya untuk membuat permainan bersama. Terkadang main kejar-kejaran, main kucing dan tikus dan permainan yang biasa dimainkan anak-anak seumuran mereka.


Anak Kalem VS Anak Rewel
Dalam beberapa kali mengajar sore, setelah saya perhatikan pasti ada dua tipe anak seperti ini. Anak kalem adalah tipe yang pasti menjadi anak kesukaan saya karena minimal dia mau mendengarkan dan biasanya juga anak yang rajin belajar. Lha anak rewel? Sudah pasti tipe seperti ini anaknya tukang ribut dan suka mengganggu si anak kalem yang seriusan.


Suatu waktu saya mengajar sore dan menemukan kedua tipe ini sekaligus. Kebetulan mata pelajaran matematika yang kami diskusikan saat itu adalah matematika. Tau kan guys kalo matematika itu ilmu pusing. Setelah belajar matematika, kamu pasti pusing keliling-keliling. Hehe.


Saat itu saya mengajari mereka tentang penjumlahan. Si adik kalem ini bertanya kepada saya tentang pr matematika yang belum bisa di kerjakannya begitu juga si adik rewel. Untuk adik kalem, saya ajari dan akhirnya dia bisa mengejakannya sendiri. Untuk adik rewel? Waduh. Mengajarinya itu ternyata lebih susah lho dari pada pr matematikanya. Adik ini perlu diajari berulang-ulang dan itupun dia belum tentu paham. Bagaimana mau paham? Bila diajari selalu bicara. Bang abang sekolah dimana? Abang tinggal dimana? Abang masih jomblo bg? Stop! Untuk pertanyaan terakhir aku jawab “iya dek” Hehe. walaupun tipe adik rewel ini sulit diarahkan namun kelebihan tipe anak rewel adalah mereka selalu periang dan selalu menghadirkan canda tawa yang bisa memecahkan suasana yang kaku.


Harus Pinter Baca Dek
          Setiap orang unik. Setiap orang pasti memiliki perbedaan yang khas satu dengan lainnya. Begitu juga dengan cara belajarnya. Beberapa orang bisa belajar secara massal dengan hanya seorang guru, yang lainnya bisa belajar secara personal. Hal ini yang saya temukan disaat saya mengajar sore. Saya mendapat kuota mengajar dua orang anak kelas III SD yang belum bisa membaca. Mungkin kita petama kali timbul dibenak kita, kedua anak tersebut tentu ber-IQ rendah atau dibawah rata-rata. Saat saya mengajari mereka, saya mendapati pemikiran seperti itu salah.

          Pertama kali saya cek mereka belum bisanya dimana. Ternyata mereka masih lancar mengeja. Lalu saya ajari mereka membaca pelan-pelan. Saat itu saya membawa kutipan-kutipan cerpen dari majalah koleksi saya. Lalu berikan kepada mereka masing-masing satu. Lalu saya ajari mereka membaca. Mula-mula lambat namun akhirnya mereka bisa membaca normal.

          Mereka berdua sebenarnya daya tangkapnya sama dengan anak-anak pada umumnya namun mereka butuh metode yang lebih personal. Adik-adik tersebut setelah saya ajari dengan metode personal, mereka lebih tertarik apalagi setelah saya motivasi bisa menyelesaikan membaca satu paragraph dengan lancar.
“ Dek, kalau kalian bisa membaca setengah dari cerpen, cerpen itu untuk kalian”, pinta saya. Mereka antusias dan bisa membaca lancar. Akhirnya mereka saya berikan dua kutipan cerpen saya. “Harus rajin-rajin dibaca ya dek cerpennya supaya semakin lancar”, nasihat saya.

Kelas Satu Squad
Cerita ini terjadi saat kami sudah diberi kesempatan mengajar pagi. Saat itu saya mendapat jatah mengajar adik-adik kelas satu. Waduh bisa saya bayangkan betapa rusuhnya kelas yang akan saya ajari saya.
          Ternyata hal itu menjadi kenyataan. Pertama kali masuk ke ruang kelas, mereka lari sana sini bagaikan tentara berperang. “Adek-adek, duduk yok. Biar kita nyanyi-nyanyi,” pinta saya. “Nyanyi apa bang, ” terdengar suara sahut-sahutan.
“Ayok kita nyanyi balonku ada lima”
Lalu kami bernyanyi bersama-sama. Ternyata cara tersebut efektif untuk membangkitkan minat anak-anak di kelas satu. Lalu saya ajak lagi bernyanyi beberapa lagu anak-anak lainnya sebagai pengantar. Mereka senangnya bukan main. Kemudian saya ajarkan bahasa Inggris untuk yang dasar seperti alfabet bahasa Inggris dan angka-angka. Mereka sebenarnya antusias namun agak rewel. Ya saya maklum rewelnya anak-anak. Ada saja yang bertanya pertanyaan yang tidak penting. Namun yang sedikit membuat saya pusing ketika ada beberapa anak yang permisi ke toilet. Tidak masalah yang keluar, satu atau dua orang namun mereka keluar hingga tujuh orang. Saya tentu tidak beri ijin namun mereka langsung keluar sambil tertawa-tawa. Saya merasa lucu juga akhirnya. “Adik-adik ini ingin saya ospek rupanya,”pikir saya.



Tersesat
Suatu sore kami selesai mengajar adik-adik untuk belajar sore. Saat itu kami sepakat selesai mengajar akan pergi ke jambur untuk sosialisasi dengan masyarakat yang saat itu sedang mengadakan pertemuan. Kami putuskan untuk mempercepat waktu mereka untuk pulang karena kami ingin pergi juga ke jambur. Saat itu kondisinya mendung. Kami putuskan kami pergi ke jambur sekalian mengantar adik-adik pulang.

Ditengah perjalanan ada seorang adik kecil kelas satu. Saya tahu pasti karena saya telah masuk kelasnya.  Saat itu saya merasa kasihan karena dia harus pulang sendiri ditengah mendung. Saat saya tanya,”Dek rumahmu dimana?” Dia menjawab rumahnya di atas. Saya bingung juga karena dia memilih rute yang berbeda sendiri lewat sebuah jalan setapak sempit disamping rumah sakit. Saat itu hujan sudah mulai turun walau rintik-rintik. Kemudian saya putuskan untuk menemani adik itu sementara teman-teman relawan lainnya mengantar adik-adik yang lain yang rumah mereka searah jambur. Saya berjanji akan menyusul ke sana.
Lalu saya dan adik itu pergi melalui jalan setapak di samping rumah sakit tersebut. Adik itu yang berjalan di depan. Kami berjalan melewati perkebunan jeruk dan naik turun bukit ditengah derasnya hujan. Medan perjalannya sangat licin karena hujan telah membasahi bukit yang kami lewati. Terdengar juga Guntur saling  sahut menyahut mengiringi langkah kami. Saya merasa kecut juga. “Bagaimana bila nanti saya disambar petir?” pikir hati kecil saya. Sekitar dua puluh menit akhirnya kami sampai juga di rumah si adik ini. Ternyata rumahnya di atas bukit. Saya senang akhirnya dia bisa pulang. Saya menolak untuk masuk sekedar minum karena saya mau menyusul teman-teman relawan yang lain yang sudah di jambur.

          Lalu saya pulang sendiri. Beberapa jalan saya masih ingat, namun kemudia saya dihadapkan suatu jalan berbukit penuh dengan pepohonan. Akhirnya saya lupa jalan pulang menuju samping rumah sakit itu. Saya berhenti sebentar untuk berfikir. Saat itu masih hujan dan petirnya masih menggelagar. Betapa mencekamnya suasana saat itu ketika saya sendiri diperbukitan yang belum pernah saya jalani. Saya putuskan untuk mengikuti jalan setapak yang saya tidak tahu arahnya. Lalu sampailah saya di sebuah pemukiman yang kemudian baru saya tahu bahwa itu adalah kawasan pemukiman penderita lepra di desa Lau Simomo. Seseorang mendapati saya sedang berlindung kedinginan di depan rumahnya. Dia bertanya, “Adik orang mana?” Saya jawab bahwa saya mahasiswa dari Medan yang mengajar di desa Lau Simomo. Beliau mempersilakan saya masuk dan memeberikan saya suguhan berupa teh manis hangat dan gorengan panas. Ternyata beliau itu adalah orangtua adik yang saya ajari di SD Lau Simomo.

Didalam rumah kami bercerita mengenai asal-usul desa Lau Simomo. Saya sudah mengetahui sekilas tentang desa Lau Simomo dari orang tua asuh saya, Bp. Ginting. Beliau menceritakan lebih lengkap karena beliau sendiri adalah pasien disana. Beliau sangat ramah. Ketika saya mau bersalaman pulang, saya mengetahui ternyata beliau penderita lepra (jari-jari beliau bengkok). Pengalaman ini sangat berkesan bagi saya karena saya baru pertama kali bersalaman dengan penderita Lepra. Sedikit takut juga namun saya teringat perkataan mami saya bahwa pasien Lepra di desa tersebut sudah mendapat semacam “obat” agar tidak menular pada orang lain. Setelah berbicara panjang lebar saya akhirnya minta ijin pulang dan diantar beliau. Sungguh pengalaman yang berkesan tak akan saya lupakan.










Continue reading Desa Lausimomo Karo

Tuesday, December 6, 2016

,

Desa Lingga Julu Is The Best

Selamat siang abang dan kakak
Kali ini mimin akan membagikan pengalaman seorang relawan GSM 2. Beliau sering disapa dengan panggilan Ira. Bulan 8 2016 beliau baru wisuda dengan gelar S.KM loh guys . congratulation ya kak ira :) .
Langsung saja yaaa ...

Story of  Two Week Spent 



I wanna share my precious experience that i have got from being a volunteer of Gerakan Sumut Mengajar that we’re used to saying it as “GSM”. Because sharing means caring then let me start it now. It’s began from my friend invitation to join the recruitment together finally brought me to a village, Lingga Julu village where it has about one hundred group families who live there.    


The first time we had arrived we were picked up by two kindhearted man who take the rule of moslem families in Lingga Julu. They choosen which one family would be our mother and father when we spent two weeks as a volunteer. They were very kind threating us as their real family. The first image that made us had to do the same as they did. So many planning list we’d made for two weeks and the result good enough as well.

Lingga Julu village was not too far from berastagi the center of the site instead of Kaban Jahe. It took fifteen minutes to reach for buying daily need when we’d been there. That’s why according to me there were no big matters had to be finished because of the easy access getting the center site. There was an elemtary school located in this village, most of children studied there and after finishing their elementary school they decided to continue their study in junior or senior high school which was located in Berastagi. It made us not to take notice of formal education instead of religion education.

Besides we do this event on fasting month it was also because moslem group families have been minority in Lingga Julu. There were some of old moslems called Tigan, Biring, Karo as their family name of Bataknese couldn’t read Al-quran even reading Iqro was difficult for them but by willing eagerness they were dilligent to pray in their small mushola which they built by their own effort. Almost all of our time we spent in mushola to teach them started from children, youth, and in the morning after praying subuh the time for old . It was a bit surprised me where i found age was not a bother to had a willing for studying how to read Iqro so that they could continue to read Al-quran though they had to work in the field all day long but having spare time in the morning for them was a must because they thought we didn’t stay long there so they want to use this opportunity to study a bit about religion. They also want us to share as much as we could and as much as we knew. Such a valuable of us,  made us want to fly high because there were ones who needed us. Indeed i couldn’t deny “the best man is those who give adventages as much as they can be for around”, it knocked my heart and make my heart beaten so fast for the precious two weeks.    

Three times a day,  we had to prepare what we would share to them especially for Birings, Tigans, and Karo, definetly we only share our basic knowledge for them by considering their ability to accept and their basic knowldege about religion was so poor therefore comforming our fair knowledge and their ability to understand got us to elect the easiest theme for discuss. Occasionally we got difficulties to convey since they deny their incomprehension that trapped we to be more patient facing them and kindly said please listen to us slowly but sure they would show their agreement on us. it would be one of unforgetable experiences in my way to find the genuine life. For my self, twenty four  hours of a day didn’t enough at that time, i wish i could change the time became longer heheh not only for me , my three friends definitely feel the same. Enough to prove me how sharing fascinated me a lot. Getting happiness for ourself is common what about getting happiness together ? Besides to share will not bring lackness it will come back to us with its own way, for instance when u felt fortune on something hard who know maybe it’s because someone’s prayer blessed over yourself for what u’ve given as a turn. Let’s always give whatever u are able to give, never stop doing best not only for ourself but also for others.

Being a volunteer will teach you how to assess this life, to be mature, and to treat human being that take you to live your life well. Fortunately it has happen to me and it will not close possibility for you who wanna feel the great beat becoming a volunteer even for the first, then u will crave and miss the moment that make you crazy enough to experience more and more. One more life lesson, it told me “what my existence in the shortest life is for?”. What for? At least it has answered a bit for me. To draw your life more valuable dives into volunteer world will help so much. That’s all my words description that i can deliver to you so you can imagine what i feel , but it just about thirty persent of all before you experience by yourself it will never be one hundred. Hereby i want attach two pictures of us. so it will be thirty five percent hahah, it rises five percent the rest let me persuade you to get the same as me by your own self.
Continue reading Desa Lingga Julu Is The Best

Saturday, December 3, 2016

,

Penfaftaran Relawan GSM 3







===KABAR GEMBIRA===

Telah Dibuka
OPEN RECRUITMENT
"Gerakan Sumut Mengajar Batch III"
==================

Generasi muda saatnya kami memanggil anda untuk bersama-sama berkontribusi terhadap pendidikan.Bagi kamu-kamu yang berstatus mahasiswa, berhentilah mengutuk keadaan terlebih pasrah dengan kenyataan.

Kini kami dari Gerakan Sumut Mengajar mengajak anda untuk menunjukkan aksi nyata kamu untuk peduli terhadap pendidikan sumatera Utara.

Tunggu apa lagi !!!!
Buruan Daftar :
01 s/d 14 Desember 2016.
https://goo.gl/MS7tXF

Syarat Pendaftaran:

  1. Mahasiswa aktif S1 dan S2 (umur 17 s/d 25 Thn)
  2. Membuat Essay dengan tema "Pendidikan Karakter Sebagai Wadah        dalam Membangun Egent Of Change Menyongsong Pendidikan Emas tahun 2030" (Essay dikirim ke Email :gerakansumutmengajar3.@gmail.com
  3. Berdedikasi dan Berkomitmen

Tahap Seleksi:

  1. Seleksi berkas dan Essay
  2. Tahap Wawancara
  3. Mengikuti Rangkaian Pembekalan

Contac person:
Dian Dini:0812-6456-5955
Rara:0852-6293-4261
Dicky:0822-7767-1691

media sosial:
Ig: @gerakansumutmengajar
Fb : Gerakan Sumut Mengajar
Path : Gerakan Sumut Mengajar
BBM : D2BF97C5
Email: gerakansumutmengajar3.@gmail.com
====================

Jangan lupa ,Tutup Pendaftaran :
 14 Desember 2016.
pukul 24.00 WIB

Tunggu apa lagi!!!!
Daftarkan diri kamu segera.
KUOTA TERBATAS.

#GerakanSumutMengajar3
#AksiNyataPeduliPendidikanSumateraUtara
Continue reading Penfaftaran Relawan GSM 3

Friday, December 2, 2016

,

Volunter GSM





Nama-nama Tim Penggerak Gerakan Sumut Mengajar Atas Naungan 
Lembaga Pendidikan dan Dakwah AD-DAKWAH
Sumatera Utara 


  1. Khairul Mufti Rambe,M.H.I    
  2. Faiz Isfahani, M.H.I
  3. Fauzan Ar-Rasyid, S.H.I
  4. Faizur Rahman, SH
  5. Aida Nurhasanah, S.H.I 
  6. Fauza Qadriah
  7. Akhmad Rapiuddin
  8. M. Aqil Tamimi Rangkuti

Nama-nama Tim Pengajar Gerakan Sumut Mengajar Atas Naungan 
                   Gerakan Sumut Mengajar 1 

  1. Akhmad Rapiuddin
  2. Aridha Annisa     
  3. Delvi Irawati Suryani
  4. Fahri Husaini Abduh
  5. Fauza Qadriah
  6. Febi Nurhidayati
  7. M. Aqil Tamimi Rangkuti
  8. M. Arif
  9. M.Khaidir Lubis
  10. M. Wira
  11. Nur Asiyah
  12. Rizka Ellanda
  13. Rizkia Zahra Lubis
  14. Rizki Dilla Fitriani Sihotang
  15. Sabda Yagra
  16. Sela Nabila Tanjung
  17. Siti Hartinah Fatimah
  18. Untung Selamat Siregar
  19. Beda Maysuri Tanjung

Nama-nama Tim Pengajar Gerakan Sumut Mengajar Atas Naungan 
                                                            Gerakan Sumut Mengajar 2

  1. Abdillah Menri Munthe
  2. Adi Kusumah
  3. Agi Nurhayati
  4. Dian Dini
  5. Dicky Kurniawan
  6. Dimas Nugraha
  7. Ester Surdina Simangunsong
  8. Fajar Anugrah Tumanggor
  9. Fitri Handayani Lingga
  10. Hafizah Arinah
  11. Herlina
  12. Imam Suharyadi
  13. Indah Permata Hati Simbolon
  14. Ira Aminah Padang
  15. Laila Mahfuzha
  16. Mira Maharani
  17. Muspita Sari
  18. Nur Syahfitri Simangungsong
  19. Priska Julia Wahyuni
  20. Rifdha Rahmudin
  21. Sari Pristika
  22. Tri rahmadani
  23. Tri Wandi Januari
  24. Wahyu Risky Rahmadani
  25. Wahyu syuaib

               Para relawan pengajar merupakan utusan dari Universitas yang ada di Sumatera                  Utara


  1. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
  2. Universitas Sumatera Utara
  3. Universitas Negeri Medan
  4. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
  5. STMIK-STIE Mikroskil,
  6. Universitas HKBP Nonmensen

INFORMASI GERAKAN
1.Sekretariat: Dusun II Jl. Karya II No.07 rt/rw 001/002
Desa Helvetia, Kecamatan Sunggal
Telp +6285297334376 – 6282311780439
Continue reading Volunter GSM
,

Gerakan Sumut Mengajar






  • Gerakan Sumut  Mengajar adalah salah satu Prongram Pengabdian yang dilaksanakan oleh Lembaga Pendidikan dan Dakwah Ad-Dakwah Sumatera Utara. Latar belakang dibentuknya adalah atas semangat, Inisiatif dan kepedulian yang timbul demi pendidikan di Sumatera Utara yang dilakukan berkelanjutan. Gerakan dan usaha yang mengajak semua pihak untuk ambil bagian menyelesaikan masalah pendidikan. Dengan adanya gerakan ini diharapkan dapat melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai amanah dan tugas konstitusi setiap warga negara.
  • Gerakan Sumut Mengajar adalah kegiatan yang memberikan pengalaman bagi setiap pengajar dalam memberikan pengalaman selama 2 Minggu pada Sekolah dan Masyarakat Desa/Kabupaten penempatan, dengan muatan berupa bidang Pendidikan, Sosial, Kesehatan, Kesenian dan Lingkungan.
  • Gerakan Sumut Mengajar adalah gerakan yang mensinergisasi gerakan-gerakan sosial- pendidikan untuk ikut serta menyelesaikan masalah pendidikan di Sumatera Utara.
  • Gerakan Sumut Mungajar dicetus pada Hari Sabtu 24 Oktober 2015 Di Medan,
  • F.A.Q untuk calon #PengajarSumut
  • Bagi anda yang berminat menjadi Pengajar Sumut dapat mengikuti proses seleksi terbuka. Registrasi calon Pengajar umut dilakukan dengan mengisi Aplikasi Pendftaran.
  • Apa saja kriteria umum Pengajar GSM? 
Beberapa kriteria umum yang harus dimiliki untuk mengikuti proses seleksi Pengajar adalah sebagai berikut.

  1. Adaptif
  2. Kreatif
  3. Memiliki minat, motivasi, dan semangat untuk mengajar serta tinggal di daerah pelosok.
  4. Diutamakan bagi yang memiliki pengalama mengajar atau mendidik.
  5. Diutamakan bagi yang memiliki pengalaman kegiatan sosial kemasyarakatan

Adapun kriteria khusus yang harus dimiliki adalah:

  1. Mahasiswa Aktif (D3/S1/S2)
  2. Indeks Prestasi Kumulatif 3,25
  3. Memiliki pengalaman Berorganisasi/Komunitas Minat dan bakat (Terhitung semenjak Mahasiswa).

Pelaksana Program
Program Gerakan Sumut Mengajar ini dilaksanakan atas Sinergisasi dan kolaborasi Komunitas Untuk Negeri ( KUN), Social Care Movement (SCM), fakultas Syariah Mengabdi UIN SU (FSM), Forum Kajian Ilmu Syaria’ah (FOKIS), Meja Insfirasi, PIJAR,  USU. KOM,  Sahabat Beasiswa Untuk Negeri,  GAMADIKSI USU,  AD DAKWAH.

  • Pemberangkatan Relawan Gelombang Pertama pada tanggal 01 s/d 10 Februari 2016 berjumlah 19 Orang dari 70 pendaftar yang mengikuti seleksi dari seluruh Universitas Di Sumatera Utara ( UIN Sumatera Utara, USU, UNIMED, UMSU) dan tempat pelaksanaan sebanyak 4 Desa:
  1. Desa Salam Tani Kec. Pancur Batu kab.Deli Serdang
  2. Desa Durin Simbelang Kec. Pancur Batu Kab.Deli Serdang
  3. Desa Hulu Kec. Pancur Batu Kab.Deli Serdang
  4. Desa Tanjung Anom Kec. Pancur Batu Kab. Deli Serdang
  • Pemberangkatan Relawan Gelombang Kedua  pada tanggal 08 s/d 19 Juni  2016 berjumlah 26 Orang dari 115 pendaftar yang mengikuti seleksi dari seluruh Universitas Di Sumatera Utara ( UIN SU, USU, UNIMED, UMSU, STMIK-STIE Mikroskil, Univ.HKBP Nonmensen,) dan tempat pelaksanaan sebanayak 7 Desa: 
  1. Desa Lau Simomo, Kec.Kabanjahe Kab.Karo
  2. Desa Lingga, Kec.Simpang Empat Kab.Karo
  3. Desa Lingga Julu, Kec.Simpang Empat Kab. Karo
  4. Desa Kebayaken, Kec. Namanteran Kab.Karo
  5. Desa Bunga Baru, Kec.Tiga Binanga Kab.Karo
  6. Desa Kuta Bangun,Kec.Tiga Binanga Kab.Karo
  7. Desa Pametar, Kec.Tiga Binanga Kab.Karoarget/ tujuan Gerakan Sumut Mengajar untuk para relawan
  • Terbentuknya penggerak-penggerak pendidikan baru yang memiliki kompetensi global dan pemahaman akar rumput.
  1. Menjadikan individu yang religius dan berahlak yang baik
  2. Memberikan pengalaman interaksi sosial langsung ke masyarakat, dengan dapat memberikan perubahan dibidang pendidikan, agama, kesehatan, dan lingkungan.
  3. Membagun kepekaan para relawan terhadap realitas kualitas pendidikan yang kontras dengan kemajuan kota.
  4. Menjadi pusat kegiatan yang mensinergikan gerakan-gerakan pendidikan dalam upaya menyelesaikan problematika pendidikan sumatera utara.
  5. Mengaktivasi semangat para relawan untuk mengatasi masalah, tanpa harus menunggu orang lain terlebih dahulu dan tanpa menyalahkan pihak manapun.

Tujuan bagi para masyarakat

  1. Memberikan masyarakat pengetahuan yang lebih dalam lingkup pendidikan, agama, kesehatan, dan lingkungan, kemudian diaplikasikan dikehidupan sehari-hari.
  2. Memotivasikan untuk terus melanjutkan pendidikan kejenjang lebih tinggi, dan menjelaskan pentingnya pendidikan.
  3. Menanamkan nilai moral pendidikan, agama, kesehatan dan lingkungan.
  4. Memberikan perubahan yang lebih baik terhadap desa dibidang pendidika, agama, kesehatan, dan lingkungan

Harapan untuk Gerakan Sumut Mengajar

Kiranya lebih banyak lagi Mahasiswa/i Sumatera Utara yang mau terlibat dalam kegiatan ini, sebagai relawan karena masih banyak daerah yang harus diperhatikan dan mengharapkan kehadiran kita, dan perlu kita ketahui bersama bahwa ada 2 jenis pemuda yang mengisi Sumatera Utara yaitu:

“MEREKA YANG MENUNTUT PERUBAHAN DAN MEREKA YANG MELAKUKAN PERUBAHAN”

Tentukan posisimu dan segera terlibat dalam Gerakan Sumut Mengajar sebagai aksinya Peduli Pendidikan di sumatera utara



Continue reading Gerakan Sumut Mengajar